Sabtu Bersama Bapak, karangan Adhitya Mulya bukan sekedar fiksi tentang kehidupan sehari-hari, melainkan novel yang mengandung banyak pesan hidup, pesan menjadi pribadi yang matang, pesan bagaimana membangun keluarga. Menarik bagaimana buku penuh pesan ini tetap dikemas dengan ringan dan jenaka di bagian-bagian tertentu. Tulisan saya ini hanya bermaksud merekam beberapa bagian favorit saya, untuk dapat dibaca ulang ketika sewaktu-waktu membuka catatan harian ini.
"Membangun hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling ngisi kelemahan, Yu. Karena untuk menjadi kuat, adalah tanggung jawab masing-masing orang. Bukan tanggung jawab orang lain."
"Ketika orang dewasa mendapat atasan yang buruk, mereka akan selalu punya pilihan untuk cari kerja lain. Atau yang paling buruk, resign dan menganggur. Intinya selalu ada pilihan untuk tidak berurusan dengan orang yang buruk.
Anak? Mereka tidak pernah minta dilahirkan oleh orang tua yang buruk. Dan ketika mereka mendapat orang tua yang pemarah, mereka tidak dapat menggantinya."
"Sebentar lagi kalian akan menikah. Akan menjadi kepala dari sebuah keluarga. Suami dari seorang istri. Dan bapak dari seorang anak. Tugas Bapak membimbing kalian, selesai di sini.
Tugas kalian sekarang membimbing keluarga kecil kalian. Selalu ingatkan pada diri kalian, untuk memberikan yang terbaik bagi mereka. Karena kehadiran mereka adalah hal terbaik yang dapat terjadi pada kalian. Sebagaimana kehadiran Mamah dan kalian menjadi hal terbaik dalam hidup Bapak. Terima kasih untuk itu. Terima kasih sudah membahagiakan Bapak."